Kisah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam (Terjemah Khulashatul Anba’ fi Qashashil Anbiya’ oleh Dr. Hisham Al-Kamil Hamid Asy-Syafi’i Al-Azhari)

 


Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam

Nabi Ibrahim disebutkan di 134 tempat dalam Al-Qur’an. Beliau termasuk Rasul Ulul Azmi.

 

Allah berfirman dalam Surah Maryam ayat 41: “Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi”.

Nasabnya: beliau adalah Ibrahim bin Tarakh bin Nakhur bin Sarugh bin Faligh bin Abir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh ‘alaihissalaam. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa ayah beliau bernama Aazar, dikatakan Aazar adalah Tarakh.

Kelahiran: beliau lahir di Babel, Irak.

Kaumnya: Nabi Ibrahim hidup di Babel di masa Raja Namrud. Kaumnya adalah penyembah berhala, Nabi Ibrahim tumbuh terpisah dari kaumnya. Ayah beliau adalah pembuat dan penjual berhala.

Dakwahnya: beliau mulai berdakwah kepada ayahnya Aazar dengan hikmah dan nasihat yang baik namun sang ayah tidak menggubrisnya. Kemudian Nabi Ibrahim ingin menunjukkan kepada ayah dan kaumnya bahwa Tuhan yang mereka sembah tidaklah memberi manfaat ataupun bahaya bahkan tidak ada yang memerintahkan untuk menyembahnya. Nabi Ibrahim menyelinap diam-diam memasuki tempat penyembahan dan menghancurkan berhala-berhala itu. Lalu mengantungkan palu di kepala berhala yang paling besar. Ketika kaumnya datang dan melihat situasinya, mereka sangat marah dan mengetahui bahwa yang menghancurkannya adalah Nabi Ibrahim. Ketika mereka bertanya, Nabi Ibrahim menjawab: “Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara." (QS. Al-Anbiya’:63). Jawaban ini adalah untuk menyindir dan mengejek.

Kemudian mereka sepakat untuk melemparkan Nabi Ibrahim ke dalam api. Mereka mengumpulkan kayu bakar, bebatuan, dan menyalakan api tersebut hingga kobarannya besar. Mereka mengikat Nabi Ibrahim lalu melemparkan beliau ke dalam api. Namun Allah jadikan api itu dingin dan keselamatan atas Nabi Ibrahim sehingga Nabi Ibrahim tidak terkena hal yang buruk. Allah berfirman dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 69: “Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”.

Ibnu Abbas berkata bahwa, seandainya saja Allah tidak memerintahkan api tersebut untuk menjadi keselamatan atas Nabi Ibrahim, niscaya api itu akan menyakiti beliau kendati telah dingin.

Ka’ab Al-Ahbar berkata bahwa api tersebut tidak memberi manfaat apa-apa kepada kaum tersebut, dan hanya membakar tali yang diikatkan kepada Nabi Ibrahim.

·       Perdebatan Nabi Ibrahim dengan Raja Namrud

Raja Namrud adalah penyembah bintang-bintang, dia juga merayakan hari raya untuk bintang-bintang tersebut. Nabi Ibrahim mengunjunginya, dan ditanya: “Siapa Tuhanmu, Ibrahim?”

Nabi Ibrahim menjawab: “Tuhanku adalah Dzat yang menghidupkan dan mematikan”. Kemudian Namrud berkata: “Aku bisa menghidupkan dan mematikan. Aku membunuh sesuatu, dan membiarkan sesuatu”. Nabi Ibrahim menjawab: “Allah menerbitkan matahari dari Timur, maka cobalah terbitkan ia dari Barat”.

Orang yang kafir telah kehilangan akal, Namrud tidak mampu namun dia tetap menentang dan sombong. Allah berfirman: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS. Al-Baqarah:258).

·       Dakwah kepada para penyembah bintang

Allah menampakkan kerajaan langit dan bumi kepada Nabi Ibrahim agar beliau berdakwah kepada kaumnya. Ketika beliau melihat rembulan yang terbit, beliau berkata: “Ini Tuhanku”. Namun ketika bulan telah pergi, siang datang dan tampak matahari, beliau berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (QS. Al-An’am:78-79).

·       Hijrah ke Syam

Setelah penolakan dakwah dan pengusiran kaumnya, Nabi Ibrahim dan istrinya (Sarah) pergi menuju Palestina. Beliau bersama Nabi Luth yang mana beliau adalah anak saudara laki-lakinya yang berarti keponakan beliau. Ketika di Syam ternyata muncul kesengsaraan dan kekeringan, beliau pindah ke Mesir. Beliau menetap sebentar di sana, lalu kembali lagi ke Syam bersama istri dan seorang perempuan bernama Hajar yang dihadiahkan Raja Mesir kepada Sarah.

·       Kelahiran Ismail

Sarah adalah seorang wanita yang mandul dan telah mencapai usia tua. Ia ingin membahagiakan suaminya yang sudah lanjut usia. Ia pun mengisyaratkan agar Nabi Ibrahim menikahi Hajar. Beliau melakukannya dan lahirlah Ismail. Saat itu beliau berusia 87 tahun.

·       Ujian Berat

Setelah kelahiran Ismail, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim agar membawa dan meninggalkan Hajar dan Ismail di Baitu Haram, Makkah. Ketika beliau melakukannya, Hajar mulai memanggilnya: “Apakah Allah yang memerintahkanmu berbuat demikian?”, Nabi Ibrahim menjawab: “Ya”, “Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kita”. Kemudian Nabi Ibrahim meninggalkan mereka berdua, dan Hajar kembali kepada anaknya untuk tinggal dengannya di padang tandus tanpa air, tanpa makanan, dan tanpa tempat tinggal. Kendati demikian, Hajar percaya kepada Allah.

Dia mulai mencari air, ia daki Bukit Shafa kemudian Bukit Marwah hingga tujuh kali, barangkali ia temukan air di sana. Kemudian ia menemukan air di bawah kaki Ismail. Ia berkata kepada sumber air: “Zami, zami”. Maka dinamailah mata air tersebut dengan nama Zamzam.

Ada satu kabilah Arab yang sedang mengembara (kabilah itu adalah Kabilah Jurham) yang melihat burung mendarat di suatu tempat, mereka menyadari bahwa baragngkali di tempat mendaratnya burung itu ada sesuatu untuk dimakan atau diminum. Lalu mereka mengikutinya dan bertemu dengan Sayyidah Hajar dan Nabi Ismail. Mereka juga melihat mata air yang tidak pernah ada sebelumnya. Mereka meminta izin kepada Sayyidah Hajar untuk tinggal bersamanya dan minum dari sumber air itu. Sayyidah Hajar mengizinkannya. Kemudian mereka mengajarkan Bahasa Arab kepada Nabi Ismail, Nabi Ismail dibesarkan diantara mereka, dan menikah dengan sebagian golongan mereka.

·       Kelahiran Ishaq

Malaikat mendatangi Nabi Ibrahim untuk memberi kabar gembira bahwa Allah akan menganugerahinya seorang putra dari Sarah yang bernama Ishaq. Allah berfirman: “maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya'qub.” (QS. Hud:71).

Sarah merasa heran dengan kabar tersebut sebab ia sudah lanjut usia. Namun ketentuan Allah lebih agung. Saat itu, usia Nabi Ibrahim sudah di atas 100 tahun, dikatakan usia beliau 104 tahun.

·       Ismail yang Tersembelih

Setelah Ismail dewasa dan bisa bekerja, Nabi Ibrahim bermimpi (mimpi para Nabi adalah benar) bahwa beliau menyembelih Nabi Ismail. Beliau pun mendatangi anaknya dan memberi tahu akan hal tersebut. Beliau pun mendapati bahwa Nabi Ismail adalah anak yang sabar, syukur, dan taat kepada ayahnya. Nabi Ibrahim pun mengambil pisau dan meletakkannya di leher Nabi Ismail. Namun pisau itu sedikitpun tidak menggores Nabi Ismail karena ketentuan Allah mencegahnya. Nabi Ibrahim menemukan rahmat Tuhannya, Allah menebus Nabi Ismail dengan domba yang besar.

“Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat:102)

·       Nabi Ibrahim meletakkan pondasi di Baitul Haram

Malaikat membangun Ka’bah atas perintah Allah seribu tahun sebelum Nabi Adam ‘alaihissalaam. Malaikat dan jin thawaf di sana sebelum manusia. Kemudian Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk meletakkan pondasinya agar menjadi tempat orang-orang yang beri’tikaf dan ruku’, dan menjadi rumah yang didatangi manusia dari seluruh tempat. Beliau ditemani dan dibantu oleh Nabi Ismail.

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:127)

Nabi Ibrahim berdoa kepada Tuhannya agar Negeri Makkah menjadi menjadi negeri yang baik dan aman, serta datang rezekinya dari setiap tempat. Rasulullah SAW bersabda: “Aku adalah do’a ayahku Ibrahim, ramalan Musa, dan kabar gembira Isa”.

·       Wafatnya Nabi Ibrahim

Beliau hidup selama 175 tahun dan dimakamkan bersama istrinya Sarah di Al-Khalil (Palestina) yang telah wafat mendahului beliau di usianya yang ke-127.

 

 

Komentar